1. Duduk istirahat adalah duduk sejenak ketika hendak bangkit dari satu rakaat ke rakaat berikutnya, yang tidak dipisahkan dengan tasyahud awal.
2. Ada 3 pendapat ulama tentang hukum duduk istirahat ketika shalat
Pendapat pertama, : duduk istirahat tidak dianjurkan. Ini adalah pendapat mayoritas ulama.
Pendapat kedua, : duduk istirahat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin setiap shalat. Ini adalah pendapat sahabat Malik bin Huwairits, Abu Humaid dan Abu Qatadah radhiyallahu 'anhum. Diantara ulama lain yang memilih pendapat ini adalah Imam As-Syafii menurut keterangan yang masyhur dari beliau dan salah satu keterangan Imam Ahmad.
Pendapat ketiga, : duduk istirahat dianjurkan bagi yang membutuhkan dan tidak dianjurkan bagi yang tidak membutuhkan. Ini merupakan rincian yang dipilih Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dan pendapat sebagian ulama kontemporer. (Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al- Kuwaitiyah, 15/266 - 267)
3. Pendapat yang lebih tepat untuk duduk istirahat adalah dianjurkan, berdasarkan beberapa riwayat hadis, Dari Malik bin Huwairits, beliau pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat. Ketika beliau hendak bangkit dari rakaat ganjil ke rakaat genap, beliau tidak langsung bangkit, sampai duduk sempurna. (HR. Bukhari 823)
Dari Malik bin Huwairits, bahwa beliau pernah mencontohkan cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setiap kali beliau hendak bangkit ke rakaat berikutnya, beliau duduk sempurna, kemudian baru bangkit dengan bertumpu pada tangan. (HR. As-Syafii dalam kitab Al-Umm, An Nasai, dan dishahihkan Al-Albani)
Kesalahan ketika duduk istirahat sesudah sujud dan ingin bangkit